Minggu, 13 September 2009

MARAH BENAR

Semua orang pasti pernah marah, dan Anda pasti juga pernah melihat seseorang dalam keadaan marah. Sangat tidak menyenangkan bukan? Ya, tidak ada yang baik tentang kemarahan, terlebih ketika amarah itu menjadi ekspresif dan merugikan orang lain secara fisik. Marah adalah proses emosi yang terjadi karena adanya kegagalan komunikasi. Sekali lagi, saya tekankan, proses emosi.

Ketika emosi menguasai kondisi berpikir kita yang logis, maka hal-hal yang sebenarnya dapat ditelaah dengan lebih bijak, menjadi terkontaminasi dengan hal-hal yang mendasari perasaan kita berkecamuk karena ketidakpuasan yang menjadi semakin besar terhadap seseorang, dan mengaburkan logika saat itu. Kemudian, marah berkembang menyalahkan orang lain, memaksakan kemauan terjadi, membuat oranglain menjadi sasaran frustasi. Apapun alasan Anda untuk menjadi marah, saat itu Anda sedang melampiaskan perasaan tidak puas belaka.

Sebenarnya, apapun yang Anda katakan saat Anda sedang marah, tidak sepenuhnya diterima baik oleh orang lain. Mengapa? karena mereka hanya melihat ekspresi kemarahan Anda saja, dan bukan mendengar pesan yang Anda sampaikan ketika Anda marah. Padahal Anda bersusah payah marah dengan harapan keinginan Anda terdengar, bukan? Dan ini faktanya, ketika seseorang marah, frekuensi emosi yang tengah ia lontarkan sedemikian kuatnya sehingga mampu membuat oranglain mengikuti frekuensi yang sama seketika itu juga, bahkan dapat lebih besar. Tak heran, jika marah mirip api yang cepat menyebar ke tempat lain dengan daya hancur yang dahsyat.

Lalu jika demikian marah menjadi sangat merugikan diri sendiri dan oranglain, apa berarti marah tidak boleh?

Anda boleh marah, itu hak Anda. Tapi, saran saya, marah lah dengan benar, jangan sekedar marah besar tanpa hasil. Ingat, apapun alasan Anda untuk marah, jangan libatkan emosi Anda sedemikian besar hingga mengaburkan logika Anda. Tetapkan tujuan Anda untuk menyampaikan pesan yang menjadi tujuan Anda, dan berupayalah untuk tetap komunikatif menyampaikan maksud Anda.

Sebagai pemimpin, saya tahu, komunikasi yang jelas dan efektif sangat penting. Tetapi berkomunikasi dengan menyertakan emosi marah, hanyalah menunjukkan ketiadaan self control dan frustasi Anda saja. Anda tidak akan mendapatkan wibawa apapun, dengan marah, karena kredibilitas Anda sebagai pemimpin dinilai dari seberapa besar Anda dapat mengendalikan situasi, termasuk emosi Anda sendiri.

Seorang pemimpin, harus dapat menjadi teladan dalam melatih orang lain mampu mengatasi keadaan dengan obyektif dan melaksanakan manajemen emosi dengan cerdas. Seorang pemimpin yang membiarkan emosi menguasai dirinya melebihi kecakapannya memimpin, tidak memberikan panutan kepemimpinan kepada siapapun. Bagaimana mungkin ia dapat berhasil memimpin orang lain, jika emosi nya sendiri saja tidak dapat dikendalikan dengan baik?

Marah dengan Benar, bukan Marah Besar ; tempatkan diri Anda pada posisi yang tepat untuk tujuan yang jelas dan arahkan pesan yang hendak Anda sampaikan dengan bijak, setiap kali Anda memutuskan untuk menegur oranglain, tanpa melibatkan berlebihan perasaan ketidakpuasaan Anda.

1. Timbang Dulu!

Jangan gegabah. Anda adalah seorang pemimpin dengan ketrampilan melihat mana yang lebih penting untuk dilakukan. Jika sesuatu mengganjal hati, periksa dulu, apakah ini perasaan Anda saja, atau benar-benar masalah? Apabila hanya perasaan, Anda dapat menanganinya sendiri. Namun, jika masalah, ajaklah mereka yang Anda pimpin mendiskusikan bersama bagaimana memecahkannya. Timbanglah, dulu sebelum memutuskan. Jika tidak perlu, jangan lakukan. Ingat, wibawa kepemimpinan Anda dipertaruhkan. Bijaksanalah memutuskan, kapan waktu yang tepat Anda memberikan teguran. Kemudian, pilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pesan Anda tersebut. Pemimpin yang bijak, tahu bagaimana menggunakan kata-kata nya sebagai ‘senjata’ yang ampuh dalam mencapai tujuan. 



2. Fokus pada Inti Masalah

Setiap kali Anda hendak menegur oranglain, pastikan Anda hanya fokus pada masalah yang terjadi, bukan pada orang tersebut. Fokus pada kesalahan, membuat Anda dapat dengan obyektif menunjukkan letak masalah tanpa terpancing untuk marah berlebihan. Catatlah poin penting yang ingin Anda utarakan, periksa catatan Anda, apakah itu adalah daftar masalah atau sekedar sederet kekesalan pada individu? Tegurlah kesalahan, tunjukan dengan jelas dan utarakan keinginan Anda. Selesai, jangan diperpanjang. 

3. Hanya Sampai di sini

Ingat, Anda tidak perlu bicara berjam-jam lamanya untuk menyampaikan pesan. Bicarakan maksud Anda dengan singkat, jelas dan mudah diterima. Kemudian, berikan kesempatan mereka memberikan input. Sepakati bersama perbaikan dan selesai. Jangan bicara terlalu banyak, mengurai ini dan itu sehingga membuat orang lain kehilangan perhatian pada hal-hal penting yang seharusnya mereka dengar. 

Jangan pernah mengungkit lagi kesalahan dan kelalaian orang lain. Saya tahu, kadang kita dapat sangat tersedot emosi yang berkepanjangan hanya karena merasa belum puas menyampaikan kekesalan. Tapi, ini yang membedakan Anda dengan orang lain; pemimpin cerdas emosi. Berhenti hanya sampai disini, jangan larut dalam pengulangan, dan pengungkapan ulang. Menceritakan kegagalan, kesalahan dan kekurangan tidak akan pernah usai, dan makin sering diulang, makin geram kita dibuatnya. Ini tidak perlu terjadi, kendalikan emosi Anda. Berhenti sampai disini, perbaiki, lupakan kesalahan dan jalan terus. 

Menjadi pemimpin, tidak membuat Anda menjadi manusia super yang hidup tanpa emosi, Anda tetap manusia biasa, tetapi dengan keunggulan mengelola emosi dengan tepat, sehingga bahkan saat terpancing untuk marah sekalipun, integritas kepemimpinan Anda tidak terganggu karena Anda tahu; Marah dengan Benar membuat Anda dapat mengarahkan oranglain mencapai tujuan tanpa merugikan emosi semua orang. Anda punya kendali, gunakan! 
(Spiritual Leadership Oleh: Christine Fald)

alvalima

alvalima