Selasa, 27 Oktober 2009

Revolusi Visioner

Anda pasti tahu sedikit banyak tentang elang, hewan pemangsa yang mampu menerkam dalam ketepatan dan kecepatan mengagumkan. Saya mendapati bahwa ketika seekor elang memilih area untuk memangsa, ia akan terbang berputar beberapa kali, mengamati keadaan di sekeliling mangsanya untuk mempelajari situasi, kemudian mengambil manuver pada jarak yang cukup, lalu terbang menukik tajam dengan kecepatan 75 -100 mil per jam menyengkeram mangsa dengan kedua kakinya yang kuat, dan dibawanya terbang sangat tinggi.

Elang memang memiliki mata yang sungguh tajam, tapi keahliannya mempelajari situasi, memberi pemahaman kepada saya tentang karakter visioner dalam spiritualitas kepemimpinan. Elang tidak sekadar memiliki mata awas, tetapi juga kemampuan mengelola jarak pandang yang tepat untuk berhasil mendapatkan hasil optimal.

Seorang pemimpin dengan karakter visioner, diminta untuk dapat memelihara jarak pandang yang baik, agar mampu mengarahkan semua potensi mencapai sasaran dengan sukses. Ketika pemimpin kehilangan kemampuan melihat apa yang ada di depannya, maka ia kehilangan banyak peluang dan kesempatan menemukan strategi yang tepat dalam mencapai keberhasilan.

Kerja Keras? Bukan! Kerja Pintar

Jangan memimpin dalam semangat kerja keras, memimpinlah dalam paradigma berpikir kerja pintar. Mengusahakan dengan giat untuk tujuan yang ingin Anda capai, tidak salah. Tetapi, perhatikan, itulah mengapa tak jarang, Anda terhalang berbagai kendala yang menurunkan semangat, mengaburkan fokus dan bahkan menghilangkan keberhasilan. Mengapa? Karena, Anda begitu terpana pada sasaran, lalu melupakan bahwa selain peluang-peluang, terdapat juga keadaan-keadaan yang memerlukan perhatian. Ada beberapa potensi bahaya kegagalan yang, meski kecil, tersebar di antara sasaran, yang perlu Anda ketahui, cermati, dan ketahui bagaimana menghadapinya. Inilah saat tepat, mengubah gaya kerja Anda menjadi kerja pintar.

Lihat elang. Ketika ia berputar sekali, ia tengah memastikan mana yang akan menjadi sasarannya. Kala elang melakukan ini, kawanan mangsanya mungkin sangat waspada dan mulai mencari ancang-ancang melarikan diri. Elang tahu persis, ia akan kehilangan sasaran, dan terbang memutari area itu dengan sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Kawanan mangsa mengira, elang tengah menyerah dan terbang menjauh, padahal ia tengah mengamati, di mana letak mangsa sasarannya, dan hal apa saja yang mungkin menghalangi tujuannya. Elang memutar sekali lagi, mengunci jarak pandangnya pada mangsa dengan semua informasi bahaya yang ia telah pelajari sebelumnya, menukik tajam, dan dengan sergap menyengkeram mangsa dengan kedua kaki serta membawa terkamannya menjauh ke angkasa, makin tinggi menuju sarangnya.

Pemimpin visioner tahu betul apa tujuan yang hendak dicapai, mengunci target itu dengan cermat. Pergi memutar untuk mempelajari semua peluang dan bahaya. Ketika benar-benar dapat dipastikan bahwa segala sesuatu telah cukup matang, mengambil langkah sigap mengambil keputusan tepat, dan melakukan tindakan strategis mencapai tujuan.

Dalam kepemimpinan spiritual, karakter visioner berarti memiliki jarak pandang yang tepat. Bukan saja atas tujuan apa dan bagaimana melaksanakan kepemimpinan, tetapi juga atas hal mengatur strategi pada menentukan kapan memimpin untuk melakukan tindakan nyata meraih keberhasilan.

Bawa Lebih Jauh!

Saat menerkam mangsa, elang tidak segera terbang rendah, tetapi terbang menjauh dan makin tinggi ke angkasa. Mengapa? Mangsa yang diterkam, pasti terkejut dan berupaya mengelak untuk melepaskan diri dari terkaman kaki elang yang kuat mengunci. Elang tahu, jika ia lengah membiarkan mangsanya bergerak bebas, maka ia pun akan kehilangan kesempatannya. Mangsa itu dibawanya terbang meninggi, dan ketika berada makin tinggi dari tanah, mangsa yang tengah berontak merasakan kekuatannya makin berkurang karena keadaannya dibawa kepada kondisi di luar habitatnya. Mangsa-mangsa yang hidup di darat dan air, merasakan berada pada ketinggian tertentu di atas tanah, amat menakutkan. Ketika elang tetap makin membawanya terbang menjauh, selain kelelahan berontak dari cengkeraman, ia pasti telah lemas ketakutan karena ketinggian, dan elang tidak mengalami perlawanan berat dari mangsanya itu.

Pemimpin visioner tahu, ketika mencapai tujuan, ia harus membawa pencapaian itu berada makin tinggi. Setiap keberhasilan dilanjutkan dengan penetapan keberhasilan selanjutnya yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pemimpin visioner menggunakan momentum-momentum dan memutuskan bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan keberhasilan selain menggunakan momentum untuk menanjak makin tinggi mengalahkan keadaan pencapaian awal dan memperoleh keberhasilan selanjutnya.

Gunakan momentum, dan arahkan lebih jauh untuk keberhasilan selanjutnya. Jangan berhenti pada satu keberhasilan dan terbuai dengan sukses sesaat. Bawa lebih jauh untuk mencapai hasil lebih lagi.

Jangan Paksa, Jatuhkan Saja!

Ketika elang menerkam ikan yang tengah berenang, ia berusaha membawa pergi ikan terbang tinggi. Tetapi, arus sungai dan berat ikan besar membuat elang harus menggunakan sayapnya sebagai dayung yang menghela tubuhnya mengikuti deras air, menaikkan badannya sedikit demi sedikit. Ketika mulai terangkat, ikan bereaksi menggeliat-geliat diangkat dari habitatnya, berjuang untuk tetap hidup. Karena tidak sanggup menahan berat ikan dan kondisi arus sungai, elang memutuskan untuk melepaskan cengkeramannya, dan ikan pun jatuh kembali masuk sungai dan pergi. Keputusan elang, menyelamatkann dirinya dari bahaya tenggelam.

Meski segala sesuatu telah matang direncanakan dan siap dilaksanakan, seorang pemimpin dengan karakter visioner tahu, jika lebih banyak bahaya, lebih baik berhenti dan tidak melanjutkan, sampai semua potensi masalah dapat dihindarkan dan diselesaikan. Pemimpin visioner memiliki jarak pandang yang jernih untuk bijaksana memutuskan berhenti, lepaskan, dan menghindarkan dari potensi kegagalan yang menghancurkan kelangsungan proses pencapaian. Anda tidak perlu memaksa. Jika keadaan tidak berpihak pada Anda, mengalah sebentar, dan perbaiki strategi untuk mencapai keberhasilan.

Pertahankan jarak pandang, gunakan mata elang visionari Anda.

alvalima & alvalima

Rabu, 14 Oktober 2009

QORUN KONTEMPORER

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Nabi Musa as kepadanya seperti diutusnya nabi Musa as kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"

Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."

Berlakulah Sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah SWT murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah SWT membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.

Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah SWT karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah SWT telah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."

PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.

"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Nabi Musa as dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)

Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)

Kita tarik dari kisah ini sebagai hikmah, bahwa ini banyak terjadi pada negeri tercinta kita ini terlalu banyak memfigurkan Qorun dan berharap seperti Qorun. Orang sudah buta mata dan mata hati sehingga terlelap dengan mimpi-mimpi. Alampun sudah mulai gerah dan merasa capek sehingga perlu sedikit olahraga kecil karena terlalu capek karena di injak-injak.

Gerakan Tai-chi oleh alam mengandung kekuatan yang luar biasa yang membuat bangunan fisik roboh, demikian juga bangunan mentalitas kita rapuh sehingga terlupakan kewajiban ( Kebiasaan ) sholat tidak pernah kita renungi. Sehari Kita 17 kali (Fatihah) membuat perjanjian dengan Allah SWT namun tidak pernah melekat pada mentalitas kita dalam bersikap dan mengambil keputusan pada diri kita.

Semoga menjadi evaluasi kita. Bangunlah jiwanya….bangunlah badannya…untuk Indonesia Raya…. alvalima & alvalima & alvalima & alvalima

Minggu, 13 September 2009

MARAH BENAR

Semua orang pasti pernah marah, dan Anda pasti juga pernah melihat seseorang dalam keadaan marah. Sangat tidak menyenangkan bukan? Ya, tidak ada yang baik tentang kemarahan, terlebih ketika amarah itu menjadi ekspresif dan merugikan orang lain secara fisik. Marah adalah proses emosi yang terjadi karena adanya kegagalan komunikasi. Sekali lagi, saya tekankan, proses emosi.

Ketika emosi menguasai kondisi berpikir kita yang logis, maka hal-hal yang sebenarnya dapat ditelaah dengan lebih bijak, menjadi terkontaminasi dengan hal-hal yang mendasari perasaan kita berkecamuk karena ketidakpuasan yang menjadi semakin besar terhadap seseorang, dan mengaburkan logika saat itu. Kemudian, marah berkembang menyalahkan orang lain, memaksakan kemauan terjadi, membuat oranglain menjadi sasaran frustasi. Apapun alasan Anda untuk menjadi marah, saat itu Anda sedang melampiaskan perasaan tidak puas belaka.

Sebenarnya, apapun yang Anda katakan saat Anda sedang marah, tidak sepenuhnya diterima baik oleh orang lain. Mengapa? karena mereka hanya melihat ekspresi kemarahan Anda saja, dan bukan mendengar pesan yang Anda sampaikan ketika Anda marah. Padahal Anda bersusah payah marah dengan harapan keinginan Anda terdengar, bukan? Dan ini faktanya, ketika seseorang marah, frekuensi emosi yang tengah ia lontarkan sedemikian kuatnya sehingga mampu membuat oranglain mengikuti frekuensi yang sama seketika itu juga, bahkan dapat lebih besar. Tak heran, jika marah mirip api yang cepat menyebar ke tempat lain dengan daya hancur yang dahsyat.

Lalu jika demikian marah menjadi sangat merugikan diri sendiri dan oranglain, apa berarti marah tidak boleh?

Anda boleh marah, itu hak Anda. Tapi, saran saya, marah lah dengan benar, jangan sekedar marah besar tanpa hasil. Ingat, apapun alasan Anda untuk marah, jangan libatkan emosi Anda sedemikian besar hingga mengaburkan logika Anda. Tetapkan tujuan Anda untuk menyampaikan pesan yang menjadi tujuan Anda, dan berupayalah untuk tetap komunikatif menyampaikan maksud Anda.

Sebagai pemimpin, saya tahu, komunikasi yang jelas dan efektif sangat penting. Tetapi berkomunikasi dengan menyertakan emosi marah, hanyalah menunjukkan ketiadaan self control dan frustasi Anda saja. Anda tidak akan mendapatkan wibawa apapun, dengan marah, karena kredibilitas Anda sebagai pemimpin dinilai dari seberapa besar Anda dapat mengendalikan situasi, termasuk emosi Anda sendiri.

Seorang pemimpin, harus dapat menjadi teladan dalam melatih orang lain mampu mengatasi keadaan dengan obyektif dan melaksanakan manajemen emosi dengan cerdas. Seorang pemimpin yang membiarkan emosi menguasai dirinya melebihi kecakapannya memimpin, tidak memberikan panutan kepemimpinan kepada siapapun. Bagaimana mungkin ia dapat berhasil memimpin orang lain, jika emosi nya sendiri saja tidak dapat dikendalikan dengan baik?

Marah dengan Benar, bukan Marah Besar ; tempatkan diri Anda pada posisi yang tepat untuk tujuan yang jelas dan arahkan pesan yang hendak Anda sampaikan dengan bijak, setiap kali Anda memutuskan untuk menegur oranglain, tanpa melibatkan berlebihan perasaan ketidakpuasaan Anda.

1. Timbang Dulu!

Jangan gegabah. Anda adalah seorang pemimpin dengan ketrampilan melihat mana yang lebih penting untuk dilakukan. Jika sesuatu mengganjal hati, periksa dulu, apakah ini perasaan Anda saja, atau benar-benar masalah? Apabila hanya perasaan, Anda dapat menanganinya sendiri. Namun, jika masalah, ajaklah mereka yang Anda pimpin mendiskusikan bersama bagaimana memecahkannya. Timbanglah, dulu sebelum memutuskan. Jika tidak perlu, jangan lakukan. Ingat, wibawa kepemimpinan Anda dipertaruhkan. Bijaksanalah memutuskan, kapan waktu yang tepat Anda memberikan teguran. Kemudian, pilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pesan Anda tersebut. Pemimpin yang bijak, tahu bagaimana menggunakan kata-kata nya sebagai ‘senjata’ yang ampuh dalam mencapai tujuan. 



2. Fokus pada Inti Masalah

Setiap kali Anda hendak menegur oranglain, pastikan Anda hanya fokus pada masalah yang terjadi, bukan pada orang tersebut. Fokus pada kesalahan, membuat Anda dapat dengan obyektif menunjukkan letak masalah tanpa terpancing untuk marah berlebihan. Catatlah poin penting yang ingin Anda utarakan, periksa catatan Anda, apakah itu adalah daftar masalah atau sekedar sederet kekesalan pada individu? Tegurlah kesalahan, tunjukan dengan jelas dan utarakan keinginan Anda. Selesai, jangan diperpanjang. 

3. Hanya Sampai di sini

Ingat, Anda tidak perlu bicara berjam-jam lamanya untuk menyampaikan pesan. Bicarakan maksud Anda dengan singkat, jelas dan mudah diterima. Kemudian, berikan kesempatan mereka memberikan input. Sepakati bersama perbaikan dan selesai. Jangan bicara terlalu banyak, mengurai ini dan itu sehingga membuat orang lain kehilangan perhatian pada hal-hal penting yang seharusnya mereka dengar. 

Jangan pernah mengungkit lagi kesalahan dan kelalaian orang lain. Saya tahu, kadang kita dapat sangat tersedot emosi yang berkepanjangan hanya karena merasa belum puas menyampaikan kekesalan. Tapi, ini yang membedakan Anda dengan orang lain; pemimpin cerdas emosi. Berhenti hanya sampai disini, jangan larut dalam pengulangan, dan pengungkapan ulang. Menceritakan kegagalan, kesalahan dan kekurangan tidak akan pernah usai, dan makin sering diulang, makin geram kita dibuatnya. Ini tidak perlu terjadi, kendalikan emosi Anda. Berhenti sampai disini, perbaiki, lupakan kesalahan dan jalan terus. 

Menjadi pemimpin, tidak membuat Anda menjadi manusia super yang hidup tanpa emosi, Anda tetap manusia biasa, tetapi dengan keunggulan mengelola emosi dengan tepat, sehingga bahkan saat terpancing untuk marah sekalipun, integritas kepemimpinan Anda tidak terganggu karena Anda tahu; Marah dengan Benar membuat Anda dapat mengarahkan oranglain mencapai tujuan tanpa merugikan emosi semua orang. Anda punya kendali, gunakan! 
(Spiritual Leadership Oleh: Christine Fald)

alvalima

alvalima

Sabtu, 01 Agustus 2009

BANK SOAL TIK MGMP JOMBANG

Monggo yang mau Ngersa-aken damel sinau, monggo di download dibawah ini
Soal Tik Kelas IX
Soal TIK UM Kelas IX
Soal TIK kelas 7
Saol TIK Kelas 8
Materi ini hanya dpt download cuma satu bab saja, mohon untuk dicari info yang lain
Materi kelas IX Bab 1
Materi Kelas VIII Bab 1
Materi Kleas VII Bab 1

Bapak Agus Janu W , Lanjutkan....!
Anda Pantas Jadi Ketua MGMP TIK Depag Kab. Jombang 2009 - 2010

Senin, 11 Mei 2009

INVESTASI AKHERAT

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang Asar. Fatimah binti Rasulullah menyabut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun."Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala."

"Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama'ah.
Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?"
Áli menjawab heran. "Ya betul. Ada apa, Tuan?''

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya."Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.

Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan."
Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya.Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita."

Kamis, 26 Maret 2009

PESERTA MGMP TIK MTsN SE-KABUPATEN JOMBANG


DAFTAR PESERTA MGMP TIK MTsN SE-KABUPATEN JOMBANG
http://jombangtikmgmp.blogspot.com

1
A. Faizudin
MTsN Kesamben
085645771217/495934


2
Abd. Latif
MTsN Denanyar
6101443/08585320651
alvalima@ymail.com /
mtsndenanyar@yahoo.co.id

3
Abd. Muis
MTsN Mojoagung
081359447657/7255748
moeisis@yahoo.co.id

4
Abd. Rozaq
MTsN Jogoroto
6282974/7257110


5
Agus Janu
MTsN Bakalan Rayung
4122514/085645394114/888354
mtsn.bakalanrayung@yahoo.co.id

6
Andi S. / Farid K.
MTsN Sumobito
6205016/868732
ried_f@yahoo.co.id

7
Anita
MTsN Bareng
710615/081331069207


8
Hendri
MTsN Tembelang
6216562/7256577


9
Khoirul Anama
MTsN Diwek
7192930/7256449


10
Nasrudin
MTsN Rejoso
081553545486/863151


11
Nurhadi
MTsN Keras
61707459/863840
alief606@yahoo.co.id

12
Nuriyah Jauhar Kamilah
MTsN Tambakberas
081359210205/866454
jauhar05@yahoo.co.id

13
Sholahudin
MTsN Plandi
7273199/085852692324
plandi_mtsn@yahoo.co.id

14
Surya Harutama
MTsN Megaluh
08179340830/888822


alvalima@ymail.com


Rabu, 04 Maret 2009

HIDUP ADALAH SEBUAH PROSES

Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu Allah yang menetapkan, tapi bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah Allah SWT.Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena Allah dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah untuk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu, karena uang itu ada jalurnya, ada rizkinya dari Allah dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yang didapat, maka akan gampang sekali bagi Allah untuk memusnahkan untung yang didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpanya, dikenai bencana, hingga akhirnya semua untung yang dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika.Walhasil yang terpenting dari bisnis dan ikhtiar yang dilakukan adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yang terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu, janji-janji kita penuhi.Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adalah dengan sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tidak usah terlalu dipikirkan, karena AllahMaha Tahu kebutuhan kita lebih tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tidak akan terangkat oleh keuntungan yang kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yang kita jalani.Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yang sedang bisnis bahwa yang termahal dari kita adalah nilai-nilai yang selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar, kalau kuliah hanya menikmati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tidak tahu kapan akan meninggal. Karenanya yang paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri, mau apa dengan kuliah ini? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya". Kalau hanya ingin cari uang, hanya uang saja, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang.Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.Pembaca yang Budiman. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.Saat melamar seseorang, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dengan yang lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya sudah baik, caranya sudah benar, kalaupun tidak jadi nikah dengan dia. Siapa tahu Allah telah menyiapkan kandidat lain yang lebih cocok.Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik, dan sudah siap untuk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal untuk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan nikmat dan pertolongan dari Allah SWT, karena kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin Allah tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan Allah. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat Allah memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.Nah, pembaca yang budiman. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, Subhanallah. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?Oleh sebab itu, bagi para ibu, nikmatilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak, pusingnya, ngadat-nya, dan rewelnya anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak, menyekolahkan anak, dengan penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini, insya Allah tidak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan. (alvalima)